Penolakan Kepala Sekolah Kembali Terjadi di SD Negeri 65 Kota Ternate

Spanduk penolakan Kepsek SD Negeri 65 Kota Ternate.

PENAMALUT.COM, TERNATE – Setelah Kepala Sekolah SD Pertiwi 1 Kota Ternate yang mendapat penolakan orang tua siswa pada Senin (21/2) kemarin, Kamis (24/2) pagi tadi giliran Kepsek SD 65 yang ditolak orang tua siswa.

Penolakan itu dilakukan dengan cara membentangkan spanduk bertuliskan “Kami Orang Tua Siswa Menolak Kepsek Baru” yang dipajang di pagar masuk sekolah yang terletak di Kelurahan Jambula itu, Kecamatan Pulau Ternate.

Amatan Wartawan Nuansa Media Grup (NMG) di lapangan, meski aksi tersebut berlangsung di halaman sekolah, namun aktivitas sekolah tetap berjalan normal dan tidak mengganggu proses belajar mengajar di kelas.

Fitri, salah satu orang tua siswa mengatakan, aksi ini dilakukan oleh orang tua siswa karena mereka tidak menginginkan kepala sekolah sebelumnya diganti.

“Kenapa harus diganti, sementara kepsek yang lama masih bagus dan punya kepedulian ke siswa,” tuturnya.

Menurut Mirna, pihaknya tidak punya kepentingan apapun dalam aksi ini. Aksi ini dilakukan atas inisiatif mereka sendiri dan hanya meminta agar kepsek yang lama jangan diganti.

“Kami minta Kepsek lama dikembalikan. Jika itu tidak dilakukan, aksi ini akan terus kami lakukan terus,” pintanya tegas. (udy/ask)

Respon (10)

  1. Hi! This is my first comment here so I just wanted to give a quick shout out and tell you I really enjoy reading your articles. Can you recommend any other blogs/websites/forums that deal with the same subjects? Thanks a ton!

  2. I have recently started a site, the info you provide on this site has helped me tremendously. Thank you for all of your time & work. “It is a great thing to know our vices.” by Cicero.

  3. Excellent read, I just passed this onto a colleague who was doing a little research on that. And he actually bought me lunch because I found it for him smile Thus let me rephrase that: Thanks for lunch! “We have two ears and only one tongue in order that we may hear more and speak less.” by Laertius Diogenes.

Komentar ditutup.