Praktisi Hukum Minta Polres Ternate Segera Tuntaskan Kasus Penganiayaan

PENAMALUT.COM, TERNATE – Praktisi hukum, Muhammad Konoras, meminta penyidik Polres Ternate agar segera mengusut tuntas kasus penganiayaan terhadap salah satu warga Kelurahan Kampung Pisang, RP (14), oleh sejumlah orang yang belum diketahui identitasnya beberapa waktu lalu.

Pasalnya, laporan terkait kasus penganiayaan ini penyidik dinilai tidak aktif. Bahkan pengakuan ibu korban, penyidik malah menyuruh mereka mencari siapa pelaku penganiayaan itu.

“Tindakan penyidik ini sesuatu kesalahan/kekeliruan besar dan bisa dikatakan aparat penegakan hukum melanggar hukum. Apabila penyidik atau penyelidik dalam menerima sebuah laporan pidana dari masyarakat, penyidik tidak aktif mencari alat bukti malah memberikan beban kepada pelapor untuk mencari alat bukti pendukung,” kata Muhammad Konoras kepada wartawan, Kamis (6/1) kemarin.

Menurut dia, fungsi dan tugas polisi sebagai penyelidik dan atau penyidik itu wajib mencari dan menemukan bukti. Karena dengan bukti tersebut membuat terang sebuah peristiwa hukum menjadi peristiwa pidana sebagaiman diatur didalam ketentuan Pasal 1 angka 2 dan angka 5 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Apalagi, kata dia, pada saat membuat laporan, orang tua korban telah memberikan bukti berupa video.

“Sudah memiliki bukti petunjuk awal yang kuat berupa video yang terdapat sejumlah orang yang diduga melakukan penganiayaan terhadap korban,” ujarnya.

Ia bilang, silap penyidik ini sebagai sebuah pengabaian atas kewajiban hukum sebagai seorang penyidik. Oleh karena itu, sebagai keluarga dari korban sangat menyayangkan sikap penyidik yang tidak menjadikan bukti video pemukulan tersebut sebagai petunjuk untuk menemukan siapa pelaku penganiayaan.

Bukti video itu, lanjut dia, semestinya diterima oleh penyidik sebagai bukti petunjuk. Karena sudah jelas orang yang berhadapan dengan korban, baik wajah, identitas dan alamat. Tapi penyidik tidak secara profesional menggali keterang dari orang yang sudah diketahui identitas tersebut.

“Ini kan aneh. Tapi saya masih berharap penyidik akan menjadikan bukti video itu sebagai alat untuk mengembangkan kasus penganiayaan ini. Jika tidak, maka kami atas nama keluarga akan mencari jalan sendiri, bila perlu akan mengajukan keberatan ke Mabes Polri,” ungkap pengacara senior Malut ini.

Dosen Fakultas Hukum UMMU ini juga menambahkan, polisi wajib melakukan tugasnya secara profesional dan proporsional. Agar kepercayaan publik terhadap polisi tidak terjun payung seperti fenomena di media sosial belum lama dengan munculnya #PercumaLaporPolisi dan #NoViralNoJustice. Bahkan, ini juga Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo pernah menyoroti.

“Untuk itu, polisi wajib melakukan tugasnya secara profesional dan proporsional. Agar tagar jangan lapor polisi yang viral itu tidak terjadi lagi,” harapnya.

Sekadar diketahui, belum lama ini sejumlah orang diketahui menganiaya RP hingga babak belur. RP dipukul sejumlah orang tak dikenal itu lantaran dituduh terlibat dalam penganiayaan warga Kelurahan Mangga Dua hingga tewas beberapa waktu lalu.

Padahal, korban RP yang masih di bawah umur ini tidak terlibat dengan kejadian itu. Atas kejadian itu, ibu korban sudah melaporkannya ke Polres Ternate. Namun penanganan kasus ini terkesan lambat, sehingga ibu korban meminta perhatian Kapolda Malut, Irjen (Pol) Risyapudin Nursin. (gon/ask)