Mari Kita Berhitung Manfaat Kebaikan

Bagi yang senang dengan yang namanya motivasi-motivasian pasti familiar dengan pernyataan “… sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia…”. Berdasarkan sumber-sumber di internet, pernyataan ini merupakan penggalan dari salah satu Hadist Nabi. Saya tidak tahu pasti sahih tidaknya, tapi saya sangat setuju dengan muatan nasehat dari pernyataan tersebut.

Menurut saya pernyataan tersebut pantasnya digunakan sebagai acuan saat kita menilai orang lain. Tidak tepat kalau digunakan untuk bahan memprosikan diri sendiri. Misalnya pejabat yang sedang berusaha mempertahankan kekuasaannya atau sedang mengincar kekuasaan yang lebih tinggi.

Pada saat menilai seseorang, kita seharusnya tidak hanya menghitung manfaat yang diberikannya pada saat dia berhasil mewujudkan proyek kebaikan. Tapi kita juga harus menghitung manfaat yang dia ambil kembali untuk kepentingannya. Kalau seseorang melakukan proyek kebaikan kemudian dia mengkapitalisasinya untuk kepentingan pribadinya maka sebenarnya yang mendapat manfaat kebaikan itu bukan hanya orang lain tapi juga dirinya sendiri. Bahkan bisa jadi manfaat yang dia diterima lebih besar dibanding yang dia berikan.

Kalau ada pejabat yang berhasil mewujudkan proyek kebaikan untuk rakyatnya, kemudian dia ‘menjual’ keberhasilan tersebut pada saat kampanye. Maka sesungguhnya yang paling mendapat manfaat bukan rakyatnya tapi pejabatnya sendiri.

Oleh karena itu saya tidak kagum dengan para pejabat yang berhasil mewujudkan proyek-proyek kebaikan. Karena bisa jadi hal tersebut mereka lakukan demi mempertahankan kekuasaan atau demi mengincar kekuasaan yang lebih tinggi. Padahal mereka sudah digaji dari uang rakyat untuk melakukan tugasnya dengan baik.

Sungguh saya sangat hormat dan kagum dengan orang-orang yang melakukan proyek-proyek kebaikan dengan tulus. Mereka terus menebar manfaat tanpa mau mengkapitalisasinya untuk kepentingannya sendiri. Salah satu contohnya orang yang saya singgung di tulisan yang berjudul ASU. Orang ini hampir tidak pernah berhenti menerima undangan masyarakat. Dengan sabar beliau menampung keluh kesah masyarakat, padahal beliau bukan pejabat yang mendapat gaji dari negara.

Pada saat beliau datang ke sebuah  acara yang mendatangkan banyak orang, beliau tidak hanya memberikan manfaat material (finansial) karena memberikan keuntungan kepada para pedagang kecil yang datang memanfaatkan peluang. Tapi yang utama beliau memberikan manfaat intelektual & spiritual. Memberi pencerahan kepada mereka yang hadir. Lagi-lagi saya merasa belum saatnya menyampaikan siapa beliau. Insya Allah nanti di tulisan lain.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *